Kisah Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani Ditemui Nabi Muhammad ﷺ dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib
Kisah tentang Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani yang ditemui Nabi Muhammad ﷺ dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah, lalu beliau diludahi oleh keduanya, adalah salah satu kisah yang sering disebut dalam literatur tasawuf dan hikayat para wali Allah. Kisah ini bersifat karamah (peristiwa luar biasa yang diberikan Allah kepada wali-Nya), bukan sesuatu yang bisa dijelaskan secara logika biasa, melainkan dilihat dalam konteks spiritual dan simbolik.
Berikut ringkasan kisah tersebut sebagaimana banyak diceritakan dalam sumber-sumber tasawuf klasik:
Kisahnya
Diceritakan bahwa ketika Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani masih muda, beliau adalah seorang penuntut ilmu yang sangat tekun dan rajin beribadah di Baghdad. Beliau berpuasa, bermujahadah (melatih jiwa), dan beribadah siang malam hingga mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah.
Dalam satu riwayat yang populer di kalangan tarekat Qadiriyah, disebutkan bahwa:
Suatu malam, ketika beliau sedang berzikir dan bermunajat, beliau mendapatkan ru’yah shadiqah (penglihatan ruhani), di mana beliau didatangi oleh Nabi Muhammad ﷺ dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
Dalam penglihatan itu, Rasulullah ﷺ meludah ke dalam mulut Syeikh Abdul Qodir, dan kemudian Sayyidina Ali juga meludah ke dalam mulut beliau.
Setelah peristiwa itu, Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani merasakan perubahan besar dalam dirinya. Ilmu, hikmah, dan rahasia-rahasia ketuhanan terbuka di dalam hatinya. Beliau menjadi lautan ilmu dan makrifat, serta kemudian dikenal sebagai Sultanul Auliya (pemimpin para wali).
Makna Spiritual Kisah Ini
Kisah ini tidak dimaksudkan secara fisik harfiah, tetapi memiliki makna simbolik yang dalam:
-
Ludah Nabi ﷺ melambangkan warisan ilmu dan hikmah kenabian yang ditanamkan ke dalam hati murid pilihan.
-
Ludah Sayyidina Ali melambangkan ilmu batin, keberanian, dan rahasia ruhani yang diwariskan kepada para wali Allah.
-
Peristiwa itu menunjukkan bahwa Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani mendapat warisan spiritual langsung dari Rasulullah ﷺ dan Sayyidina Ali, sehingga beliau mampu menjadi pewaris ilmu lahir dan batin Islam.
Sumber dan Rujukan
Kisah ini tercantum dalam beberapa kitab manaqib dan karya tasawuf, antara lain:
-
Manaqib al-Ghauts al-A'zam (Kitab tentang keutamaan Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani)
-
Bahjatul Asrar wa Ma'danul Anwar karya Imam Syaikh Abdurrahman As-Sufuri
-
Riwayat lisan dalam tarekat Qadiriyah, yang diajarkan dari guru ke murid.
Penutup
Bagi kalangan ahli tasawuf, kisah ini bukan soal “diludahi” secara jasmani, tetapi simbol pengalihan ilmu, cahaya, dan rahasia ruhani dari sumber kenabian kepada pewarisnya. Karena itulah Syeikh Abdul Qodir kemudian menjadi sosok agung yang ilmunya menyinari dunia Islam hingga kini.
By : Al Khamidy
